Resume
BAB 9
Buku
PSYCHOLINGUISTICS
9.
BAHASA, PEMIKIRAN DAN BUDAYA
Pikiran,
Bahasa, dan Budaya
Pikiran merupakan akal atau daya ingat yang dimiliki manusia
untuk mereflek segala sesuatu yang berhubungan dengan dirinya. Pikiran yang
disampaikan dengan menggunakan medium bahasa. Semakin baik kompetensi pikiran
seseorang, maka semiki baik pula bahasa yang diujarkannya.
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi dan interaksi yang
sangat penting bagi manusia. Selain bahasa juga merupakan simbol peradaban
suatu bangsa. Setiap bahasa memiliki ciri khas yang tidak terdapat pada bahasa
lain. Sehingga kematian sebuah bahasa mengakibatkan hilangnya sebuah
kebudayaan. Kurangnya tindakan pikiran seseorang, menyebakan bahasa yang
diujarkan juga akan tidak baik atau kurang.
Kurangnya pemikiran dan nalar yang kurang menyebabkan
ujarannya juga kurang logis sehingga juga menghasilkan suatu sikap yang tidak
logis. Ini akan berdampak terhadap kebudayaan suatu kelompk masyarakat. Sebagai
contoh kecil, jika kita memperhatikan orang yang pikirannya yang tidak waras,
bahasa-bahasa yang diujarkannya juga logis dan cenderung tidak tersusun dengan
baik, dan itu juga akan berdampak pada tingkah lakunya dalam bergaul atau
bersikap dalam lingkup kehidupannya. Sebaliknya, jika kita memperhatikan orang
yang memiki pikiran yang baik, maka orang tersebut juga mampu menganalisis atau
merangkai bahasa yang kompleks dalam ujarannya, sehingga hal ini juga berdampak
dalam tingkah laku sehari-harinya dalam berhubungan dengan masyarakat
sekitarnya atau kita kenal dengan budaya hidupnya.
Terkait dengan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa pikiran, bahasa dan kebudayaan merupakan cerminan sistematis dalam hidup
seseorang dalam berinteraksi dengan segala sesuatu yang di sekitarnya.
a.
Bahasa Memengaruhi Pikiran
Pemahaman
terhadap kata mempengaruhi pikirannya terhadap realitas. Pikiran manusia dapat
terkondisiikan oleh kata yang manusia gunakan. Tokoh yang mendukung hubungan
ini adalah Benjamin Whorf dan gurunya, Edward Sapir. Whorf mengambil contoh
Bangsa Jepang. Orang Jepang mempunyai pikiran yang sangat tinggi karena orang
Jepang mempunyai banyak kosa kata dalam menjelaskan realitas. Hal ini
membuktikan bahwa mereka mempunyai pemahaman yang mendetail tentang realitas.
b.
Pikiran Memengaruhi Bahasa
Ada
kemungkinan struktur bahasa dipengaruhi oleh pikiran. Sekitar 2.500 tahun yang
lalu Aristoteles berargumen bahwa kategori pikiran menentukan kategori bahasa.
Banyak alasan yang memperkuat argumen tersebut, walaupun Aristoteles sendiri
tidak bisa memperlihatkan alasan-alasan tersebut. Adapun alasan yang dapat
dikemukakan antara lain, kemampuan manusia berpikir muncul lebih awal ditinjau
dari aspek evolusi dan berlangsung belakangan dari aspek perkembangannya
dibandingkan kemampuan menggunakan bahasa.
Tokoh
psikologi kognitif yang tak asing bagi manusia, yaitu Jean Piaget menyatakan
bahwa ada keterkaitan antara pikiran dan bahasa. Bahasa adalah representasi
dari pikiran. Melalui observasi yang dilakukan oleh Piaget terhadap perkembangan
aspek kognitif anak. Ia melihat bahwa perkembangan aspek kognitif anak akan
memengaruhi bahasa yang digunakannya. Semakin tinggi aspek tersebut semakin
tinggi bahasa yang digunakannya. Sebelum anak-anak menggunakan bahasanya secara
efektif, anak-anak memperlihatkan kemampuan kognitif yang cukup berarti dan
beragam.
Menurut
Pieget, ada dua pikiran, yaitu pikiran terarah (directed) atau intelligent dan
pikiran tidak terarah atau autistik (autictic).
Pikiran yang terarah adalah pikiran yang menghasilkan tindakan atau ujaran yang
dapat dipertanggungjawabkan dan memiliki landasan kuat, sedangkan pikiran tidak
terarah umumnya pikiran yang sering menimbulkan kekeliruan atau dampak yang
tidak terduga. Mungkin itu sebabnya terjadi tergelincir lidah.
c.
Bahasa dan Pikiran Saling Memengaruhi
Hubungan
timbal balik antara kata-kata dan pikiran dikemukakan oleh Benyamin Vigotsky,
seorang ahli semantik kebangsaan Rusia yang teorinya dikenal sebagai pembaharu
teori. Piaget mengatakan bahwa bahasa dan pikiran pada tahap permulaan
berkembang secara terpisah, dan tidak saling mempengaruhi. Jadi, mula-mula
pikiran berkembang tanpa bahasa, dan bahasa mula-mula berkembang tanpa pikiran.
Lalu pada tahap berikutnya, keduanya bertemu dan saling bekerja sama, serta saling
mempengaruhi. Penggabungan Vigotsky terhadap kedua pendapat di atas banyak
diterima oleh kalangan ahli psikologi kognitif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar